Beranda | Artikel
Ilmu al-Quran, Bukan Ilmu Koran
Rabu, 18 Januari 2017

Bismillah.

Hampir setiap hari kita mendengar dan membaca komentar orang-orang mengenai berbagai peristiwa. Entah itu dalam hal urusan negara, masalah hukum, perihal politik, dan begitu pula persoalan agama. Pada era teknologi informasi seperti sekarang ini seolah lidah manusia tidak lagi bisa dikendalikan. Mungkin lidahnya diam tetapi jari-jemarinya mengetik tulisan demi tulisan dan komentar demi komentar di dunia maya yang membuat mata dan telinga panas dan geregetan.

Saatnya kita kembali mengingat firman Allah (yang artinya), “Tidaklah terucap suatu perkataan melainkan ada di sisinya malaikat yang mengawasi dan selalu mencatat.” (Surat Qaaf)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata-kata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perkataan yang baik adalah perkataan yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Perkataan yang baik tidaklah diukur dengan perasaan dan hawa nafsu. Sebab banyak orang berusaha menghiasi kebatilan agar tampak indah di hadapan manusia.

Seperti yang dikatakan oleh Imam al-Auza’i rahimahullah, “Hendaklah kamu mengikuti jejak para pendahulu/salafus shalih dan jauhilah olehmu pendapat akal manusia, meskipun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah.”

Perkataan anda mencerminkan apa yang ada di dalam hati. Perkataan anda adalah bagian dari amal yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Perkataan anda yang bertentangan dengan ajaran agama akan menjadi bumerang dan sebab kehancuran. Bisa jadi seorang mengucapkan sebuah kalimat yang dia anggap ringan dan sepele akan tetapi ternyata hal itu di sisi Allah merupakan perkara yang sangat besar dan membinasakan.

Inilah fitnah/kerusakan yang disebabkan oleh pembicaraan yang tidak pada tempatnya. Berbicara tentang agama Allah tanpa ilmu adalah sumber segala dosa dan kerusakan. Oleh sebab itu Allah melarang kita mengikuti hal-hal yang kita tidak punya ilmu tentangnya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan dimintai pertanggungjawabannya.” (al-Israa’ : 36)

Di sinilah kita mengetahui letak pentingnya belajar agama, belajar al-Qur’an, memahami tafsirnya, merenungkan kandungan isinya serta memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang itu merupakan wahyu dan penjelas baginya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah dia -Muhammad- itu berbicara dari hawa nafsunya, tidaklah yang dia ucapkan itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (an-Najm : 3-4)

Saudaraku -yang dirahmati Allah- ilmu yang harus kita pelajari adalah ilmu yang menjadi sebab keselamatan diri kita di dunia dan di akhirat. Dan itu adalah ilmu agama, ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun surat kabar, koran, media massa banyak diisi oleh opini dan berita yang dibuat oleh manusia yang bisa jadi bercampur antara kebenaran dan kebatilan. Oleh sebab itu sangatlah bijak apabila anda tidak dengan serta merta menelan berita dan opini media massa atau komentar dari sebagian orang tanpa menimbangnya dengan dalil agama.

Terlalu banyak ilmu agama yang belum kita pelajari. Sementara seringkali media massa dan stasiun berita tidak begitu berminat untuk menjadikan ilmu agama sebagai sajian utama mereka. Apakah kita rela membuang waktu dan umur kita untuk duduk di depan tayangan-tayangan dan sajian informasi tidak bermutu sehingga merusak akal dan hati kita?!

Ingatlah nasihat Hasan al-Bashri rahimahullah, “Wahai anak Adam. Sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka lenyaplah sebagian dari dirimu.”

Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata, “Beruntunglah orang yang banyak mengingat saat-saat datangnya maut. Tidaklah seorang memperbanyak mengingat kematian kecuali pasti akan tampak pengaruhnya di dalam amal perbuatannya.”

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua buah nikmat yang kebanyakan orang tertipu dan merugi karena keduanya yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Marilah kita gunakan waktu dan kesehatan yang Allah berikan ini untuk sesuatu yang terbaik dan perkara yang membawa kita kepada kemuliaan yaitu belajar al-Qur’an, merenungkannya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi penulisnya, pembacanya, dan siapa saja yang mengambil faidah darinya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/ilmu-al-quran-bukan-ilmu-koran/